Pengalaman sebagai orang tua mengajarkan kita bahwa kasih
tidak selalu memberi, kadang kita menahan pemberian walau kita tahu bahwa hal
itu baik bagi anak kita.
Jason (3,5 tahun) suka sekali menonton Barney. Kami sebagai
orang tua senang karena banyak hal yang baik diajarkan dalam film ini, namun
sering kali ketika film habis, ia berkata, “More …. More…. More….” Sambil
menangis untuk meminta agar saya memutarkan film Barney yang lain. Kalau kami
menuruti keinginanannya maka setelah film kedua, ia akan meminta film ketiga,
dst. Ketika dituruti keinginannya maka Jason bisa seharian menonton film tanpa
berhenti. Kami harus berkata, “No Jason, enough just one movie” dan membiarkan
ia menangis karena keinginannya tidak dipenuhi.
Kadang kala kami juga harus membatasi jumlah buku yang ingin
dibaca Jason. Setiap malam kami membacakan buku-buku untuk Jason dan kalau
dituruti Ia bisa meminta kami membacakan 10 buku atau lebih, kalau kami
berhenti pada buku kelima, ia akan menangis meminta membacakan sampai buku
terakhir. Kami sangat senang Jason mau membaca buku, hal ini baik baginya tapi
kalau harus tiap malam membaca semua buku yang dipinjam dari perpustakaan kami
rasa hal ini tidak baik. Yang kami lakukan adalah membatasi dan memberitahu Jason
bahwa kami hanya akan membacakan 3-5 buku, dan meminta ia memilih buku yang mau
dibacakan, setelah membacakan semuanya kami akan berhenti dan walau ia menangis
kami tidak menuruti keinginananya.
Orang tua mana yang tidak suka anaknya membaca buku, kebanyakan
anak tidak akan tahan duduk lama untuk membaca buku, tapi Jason bisa duduk
tenang membaca buku sampai semua bukunya habis. Kadang kami harus membatasi
hanya membaca 1-2 buku karena sudah larut malam dan membiarkan ia menangis
setelah itu karena kami berpikir bahwa tidak baik terlalu banyak membaca buku.
Segala sesuatu yang baik tetapi berlebihan maka hal itu berdampak tidak baik.
Kurang garam, makanan tidak enak, kelebihan garam juga tidak enak, kebanyakan
garam berbahaya bagi tubuh.
Sama halnya dengan Tuhan, kadang Ia membiarkan kita tidak
mendapatkan yang kita inginkan walau kita tahu hal itu baik. Kadang kita ngotot
akan hal tersebut, misalnya Tuhan kenapa Tuhan tidak mengangkat penyakit saya,
bukankah kalau saya sehat hal itu baik bagi pekerjaan Tuhan. Kalau saya sering
sakit, saya tidak dapat belajar, tidak dapat bekerja, performance kerja saya
menurun, kenapa Tuhan engkau tidak mau mengangkat penyakit saya?
Atau, Tuhan saya sudah berumur 35 tahun, setiap malam saya
berdoa selama 15 tahun untuk mendapat pasangan hidup, bukankah Kejadian 2
mengajarkan bahwa tidak baik manusia seorang diri saja, kenapa Tuhan belum
memberikan saya pacar satu pun?
Atau, Tuhan kenapa engkau tidak menjawab doa saya, sudah 3
tahun saya berdoa tiap hari, besok orang tua saya akan menandatangani surat
cerai dan papa dan mama akan resmi berpisah, bukankah Engkau tidak menginginkan
perceraian.
Alkitab mengajarkan kita untuk tekun berdoa, tetapi kita
juga harus tahu kapan harus berhenti meminta. Paulus 3 kali meminta Tuhan untuk
mengangkat duri dalam daging dan kemudian Paulus berhenti meminta hal itu lagi
dan belajar menerima bahwa Tuhan tidak mengabulkan permintaannya.
Hal ini bukan berarti kita tidak tekun berdoa, gampang
menyerah dalam berdoa, namun ada dimensi lain di mana kita belajar mengerti
hati Tuhan dan menyadari bahwa kadang kasih Tuhan tidak selalu mengabulkan apa
yang baik dalam permintaan doa kita. Paulus akhirnya menyadari bahwa Tuhan
tidak mengabulkan permintaan mencabut duri dalam daging karena ia belajar bahwa
di dalam kelemahannya kuasa Tuhan nyata. Karena kasih, Tuhan tidak menjawab doa
Paulus karena kasih tidak selalu memberi.